Sedikit Coretan Marhansyah

Isi blog ini, merupakan Pemikiran dan Polarisasi Pemikiran yang pernah ada dalam kepalaku. Isi dan pelaku cerita, memang terkadang bukanlah "aku" dalam konteks yang sebenarnya. Meminjam kata "aku" atau "saya" bukan berarti saya yang menjadi pemeran dalam coretan ini. Sebagian kisah ini, atas persetujuan "ilalangliar" saya cuplik seolah-olah menjadi cerita dalam kehidupanku.

Friday, May 28, 2004

DAMAI KAMPUNGKU, DAMAI HATIKU



Akhirnya setelah sekian lama kerinduanku tertahan, datang juga saatnya aku pulang. Pulang menghadap emak dan bak (bapak) tercinta. Aku pulang dengan hati yang penuh kerinduan. Rindu belaian tangan emakku yang kokoh legam terbakar teriknya matahari, tapi penuh kelembutan dan kasih sayang. Rindu suara emakku yang (sampai sekarang merupakan suara yang) paling merdu di seluruh dunia. Rindu pada masakan emak-ku yang sangat spesial. Rindu empek-empek special buatan emakku. Rindu sambel ikan belida buatan emakku. Rindu petuah dan nasehat bapakku yang selalu sejuk dan penuh makna. Rindu kasih sayang emak dan bapakku yang sampai kapanpun tidak ada yang bisa menandinginya. Rindu pada adik-adikku yang (kata emak dan bak), sekarang sudah beranjak dewasa. Rinduku untuk mandi di beningnya sungai lematang yang mengalir di desaku. Rinduku pada sejuknya angin subuh menjelang pagi di kampungku. Rinduku pada kicauan burung serindit di saat mentari akan menampakkan diri. Rindu pada kampungku yang sudah tiga tahun tidak menyapaku lagi.

Kini... aku pulang kampungku, aku pulang...!

Peluk aku dalam damaimu.

Genggam aku dalam heningmu.

Thursday, May 27, 2004

PESAN TEMAN



Aku jadi sedikit tercenung, ketika membaca pesan offline dari teman. Girls are like internet domain names... the ones I like are already taken. :p terus, pesan lanjutannya :

People who do not want to be disturbed, usually already are disturbed
:d ; Apa memang begitu ya..?



Po5t3d by : 1lalang L14r

Monday, May 24, 2004

AKU DIMATAMU

Katamu: aku tidak mengerti kamu sedang banyak masalah.



Mungkin, mungkin aku tidak mengerti semua masalah yang terjadi padamu. Tapi, aku selalu mencoba, aku selalu berusaha untuk mengerti tentang kamu. Aku selalu menunggu kamu, saat kamu mengatakan ‘kamu sedang menyelesaikan’ masalahmu.



Mungkin, mungkin aku tidak mengerti semua masalah yang terjadi padamu. Tapi, aku selalu bertanya dengan penuh perhatian apa yang terjadi padamu, walau engkau hanya menjawab dengan satu kalimat saja ‘kamu tidak akan mengerti masalahku’.



Mungkin, mungkin aku tidak mengerti semua masalah yang terjadi padamu. Tapi, aku selalu ‘mengunjungimu’,walau engkau berkata ‘aku ingin sendiri saat ini’.



Katamu: aku tidak mau memperhatikan kamu dan masalahmu.



Mungkin, mungkin aku tidak memperhatikan kamu dan masalahmu. Tapi, aku selalu berusaha untuk mencari tahu, kenapa kamu ‘berkata begitu’ padaku. Padahal kamu tahu, aku selalu berusaha untuk perhatian dan bertanya tentang segalanya padamu. Aku selalu bertanya tentang hari-harimu, tentang kesehatanmu, tentang kuliahmu, tentang keluargamu, tentang segalanya yang terkait dengan keseharianmu.



Katamu: aku tidak mau mengerti sakit hatimu padaku. BETUL...! AKU TIDAK MENGERTI. Kenapa, kamu sakit hati padaku. Padahal, aku telah melakukan segalanya untukmu. Aku selalu setia padamu, aku selalu perhatian padamu. Aku selalu menjaga HATIKU agar selalu setia padamu. Aku betul-betul tidak mengerti. Dan... yang paling membuatku tidak mengerti KENAPA KAMU MENDUAKANKU.





Po5t3d by : 1lalang L14r

Saturday, May 22, 2004

Ku Ingin Bermimpi



Temaram Senja

Sapamu kurasakan sangat mesra

Menggelitik seluruh asa di dada

Sunggu, suaramu menaburkan ketenangan

Berkali-kali ku katakan itu padamu.



Tapi,

Mengapa hatiku seperti membeku

Sapamu, suaramu bukan milikku lagi.



Jalanan itu,

sudah sepi dari langkahmu, dari langkahku

Jalanan itu,

Sudah tidak ada tapak langkah kita (lagi)



Aku ingin tidur dan bermimpi malam ini

Aku ingin (sekali lagi), bermimpi tentang kita

Selamat Jalan Kasih....



Po5t3d by : 1lalang L14r

Friday, May 21, 2004





ILALANG



Air... deras mengalir

Api... Panas membara

...... Tak Ada Tawa

...... Tak Ada Canda

...... Tak Ada Riang

Kesedihanku ini Bersama,

ILALANG.......



ilalang-ilalang menghalangi pandangan

ilalang-ilalang jadi saksi cerita malam

ilalang-ilalang lihat langkahku goyang

ilalang-ilalang tak kuasa jiwa terguncang





Benar cerita burung-burung dirimu selalu berdusta

benar kata bisikan angin kau takkan pernah setia

Bukan baru sekali ini hatiku engkau sakiti

tapi baru kali ini, mataku menjadi saksi



ilalang-ilalang biar cintaku hilang

ilalang-ilalang kutahu Tuhan penyayang

ilalang-ilalang biar cintaku malang

ilalang-ilalang ku takkan putus harapan...





note : Aku merasa dirimu, bukan milikku lagi...



ciptaan : Camelia Malik

Friday, May 14, 2004

Berbahagialah yang Mempunyai Sayap dan Mempunyai Keberanian Untuk Terbang.

Berbahagialah yang Mempunyai Jiwa dan Mempunyai Keberanian Untuk Mencintai.


Wednesday, May 12, 2004

Menyendiri? Adakalanya Perlu...



Kemarin, seorang teman (wanita) menyatakan, bahwa dia lima bulan yang lalu jatuh cinta, kemudian saat ini hubungan mereka renggang, lama tidak ada komunikasi.

Selama ini mereka selalu dekat, selalu ingin bertemu. Entah mengapa akhir-akhir ini, mereka berdua jarang sekali bertemu. Bahkan dalam satu bulan terakhir, mereka hanya bertemu sekali, itupun pertemuan yang kebetulan terjadi.

"Lang, waktu baru jadian, aku dan dia tiap hari ketemu terus. Rasanya aku dan dia selalu ingin bertemu."

Begitu diantara kata-katanya yang sempat ku rekam dalam kepalaku.

"Tapi, nggak tau deh. Sekarang seperti perasaan itu, perasaan ingin bertemu itu, sudah berangsur hilang. Apa ini berarti kami tidak saling mencintai (lagi)?"

Aku hanya diam. Karena menurutku, akupun pernah mengalami hal yang seperti itu.

Ada kalanya kita selalu ingin bertemu dan menurutkan hati untuk selalu menjemputnya sehingga dia selalu berada disisi. Tapi, adakalanya pula, kita ingin menyendiri dan menyepi, walau kita tidak ingin melepaskan dia yang kita cintai.....



Po5t3d by : 1lalang L14r

Friday, May 07, 2004

BU, AKU RINDU PADAMU....



Ibu,

Benar katamu

dunia akan berhenti berputar tanpa wanita

Benar katamu

dunia akan gelap gulita tanpa pria



Aku ingat betul, waktu itu aku duduk di kelas 2 SMP, umurku baru 14 tahun, ketika pertama kali seorang gadis kecil bertandang ke rumah orang tuaku (yang waktu itu: dalam surat cinta-cintaan kami, kami berdua menyatakan aku cinta kamu).

Waktu itu, ibuku, perempuan yang melahirkan, menyapihku, membesarkanku dengan penuh kasih sayang, tersenyum penuh pengertian ketika ku memperkenalkan gadis kecil itu pada ibuku:

"mak, ini Rani teman sekolahku" Aku berkata agak gugup, karena baru sekali ini anak gadis datang sendiri datang menemuiku di rumah.

"oh... nak Rani. Kamu cantik sekali" Jawab ibuku saat Rani menyambut tangan ibuku yang kokoh, legam tersenyat matahari.

Kulihat Rani hanya tersenyum.

Singkat cerita setelah Rani pulang sore harinya, setelah selesai makan dan sholat maghrib, ibu memanggilku.

"Hans... (ibuku lebih sering memanggilku begitu, ketimbang Lang), emak senang kamu sudah semakin besar, dan sekarang sudah kelas dua es-em-pe. emak bersyukur..."

Aku diam, menunggu kelanjutan kata-kata dari ibuku.

"emak juga senang, kamu banyak memiliki teman. Karena teman itu perlu. Sebagai manusia, kita tidak terlepas dari lingkungan, dan kita adalah bagian dari lingkungan itu..."

"Iya mak" aku menjawab membenarkan.

"Hanya saja, perlu emak ingatkan pada kamu. Jangan lupakan sekolahmu. Belajar adalah tugas utamamu. ya?"

"iya mak. aku janji"

Begitulah ibuku.

Ibuku yang kuanggap orang yang paling tabah, paling ulet dan paling mengerti aku.

Dan, janji itu, janji untuk selalu rajin belajar itu, selalu kupegang teguh. Alhasil, SMP dan SMAku dapat kuselesaikan dengan baik, tanpa hambatan.

Terima kasih mak....

Kini:

Di tengah kesibukanku bekerja, di tempat aku belajar hidup dari hidup, aku merindukan nasehat-nasehat ibuku. aku merindukan pandangan penuh kasih sayang (pandangan ibuku saat melihat anaknya tumbuh dan tumbuh semakin besar). Aku merindukan suara ibuku yang kurasakan paling merdu di seluruh dunia itu.

"maafkan anakmu yang ternyata sampai saat ini, saat usiamu sudah semakin senja, anakmu tidak dapat menjagamu, malah terkadang lupa padamu"

"emak... maafkan anakmu yang kini jauh darimu, sampai dengan saat ini hanya bisa, sebatas merindukanmu"



Po5t3d by : 1lalang L14r

Tuesday, May 04, 2004

APA ARTI DIAMMU?



"Ada yang ingin aku katakan padamu Lang".

Suara itu kudengar sangat dekat, sangat akrab, walau lewat telepon.

"Ok. Apa itu?" Aku menjawab, penuh perhatian.

"Jangan lewat telepon deh, kita bicara diluar aja. Bisa?"

"Bisa, dimana?"

"Aku tunggu di tempat biasa ya? OK? bye..."

Tanpa menunggu jawaban dariku telepon itu ditutup.

"Bye..." jawabku, walau aku tahu dia tidak mendengar jawabanku.

---

Sambil menikmati alunan lagu "You don't have to say the words" dia dan aku pembicaraan kami berjalan kesana kemari.

Mulai dari masalah kerjaan di kantor, cerita teman yang suka iseng, sampai masalah selera makan masing-masing.

"Oh ya, tadi kamu kan bilang, kalau kamu mau mengatakan sesuatu padaku."

Aku menyela pembicaraan kami, setelah lebih kurang seperempat jam kami duduk dan menikmati juice jeruk dan alpukat yang kami pesan dari pusat jajan di sebelah.

"Sekarang aku sudah siap mendengarkan pembicaraan darimu" Aku menambahkan.

Sejenak diantara kami saling diam.

Kuperhatikan sejenak gadis mungil dihadapanku. Usianya sudah 23 tahun, tapi dari wajahnya yang polos dan lugu, orang akan mengira kalau dia baru berumur 17an. Matanya bundar, indah penuh keceriaan. Wajahnya oval dengan geraian rambut sebahu. Dia pasti bilang bila mau apa-apa. Termasuk soal rambutnya yang sebulan yang lalu baru dipotong. "Biar praktis", begitu katanya waktu itu. Perawakannya langsing, tinggi 162 CM. Dengan baju cut berai mirip penyanyi muda, ku lihat dia sangat menawan.

Dia sudah cukup lama aku kenal. Dulu pernah praktek kerja di kantorku. Itu 4 tahun yang lalu. Walau hanya sekitar satu bulan dia praktek kerja, tapi dia (paling tidak menurutku), cukup dekat dan akrab denganku. "Bapak, bicaranya enak dan menyejukkan." Begitu katanya suatu saat padaku. "Saya pengin panggil nama saja, biar akrab. Tapi ini kan di kantor, jadi saya panggil Bapak saja. Maunya sih panggil kakak, atau nama saja..."

Begitulah dia. Polos dan lugu.

Setelah selesai praktek, dia sering meneleponku. Katanya, saya enak buat curhat. Diapun sudah memanggilku dengan nama, Lang. BiaR lebih akrab. Begitu katanya.

"Yeee...! Yang diajak ngobrol malah ngelamun." Dia mengejutkanku.

Aku tersentak.

"Koq, melihatku kayak gitu sih Lang...?"

"Oh... nggak, nggak...!" Aku berusaha tersenyum. Dalam hatiku aku berkata "kamu tambah cantik sekarang.."

"Iya.. jadi apa yang ingin kamu katakan padaku. Sekarang aku siap mendengarkan." Aku sudah bisa menetralisir.

Kutatap matanya yang bening, diapun menatapku. Ingin kuyakinkan melalui mataku, bahwa aku siap mendengarkan cerita apapun dari dia, dari seorang gadis mungil yang sangat akrab padaku selama ini.

Aku menunggu, dengan senyum dibibirku.

Kulihat dia menghela nafas, dan sekali lagi menatapku. Kemudian menunduk.

"Ayo, katakan saja, apa yang ada dalam hatimu.." Aku meyakinkan dia untuk bercerita.

Setelah menghela nafas, dia berkata:

"Nggak tau deh. Dari rumah sudah saya siapin kata-kata." begitu kata-kata yang keluar dari bibirnya yang mungil. "Tapi... setelah melihat sorot mata kamu, Lang. Saya koq nggak bisa berkata apa-apa."

"Loh, kenapa? emang ada yang salah dengan mata Lang?" Saya menyela.

"Nggak sih, nggak ada yang salah dari mata Lang. Tapi, saya... demi melihat mata Lang, saya jadi gemetar, saya kehilangan kata-kata. Maaf ya Lang..." Kudengar suara itu bergetar, meluncurkan sepatah dua patah kata. Sulit sekali tampaknya.

Demi melihat matanya yang tampak berkaca-kaca, ku pegang pundak gadis lugu ini.

"Baiklah... kamu jangan memaksa. Kalau memang kamu belum siap menceritakan apa yang ada dihati kamu, jangan ceritakan. Mungkin dilain waktu saja..."

"Atau kalau perlu, kamu tulis aja. Nanti kirim ke imel Lang, pasti Lang baca. OK...?"

Aku hanya melihat anggukan kecil dari wajahnya yang manis itu.

---

Dalam perjalanan pulang, aku berfikir. Ada apa dengan gadis kecilku. Apakah dia jatuh cinta. Terus pada siapa? Apa jatuh cinta padaku. (Aku jadi ge-er). Sementara selama ini, aku sudah menganggapnya sebagai adikku. Karena selama ini dia selalu cerita tentang pekerjaannya, tentang pria yang berusaha mendekatinya. Dia telah bercerita semua yang ada dalam hatinya. Tapi... kenapa dia ragu untuk mengatakan apa yang ingin dikatakannya padaku?

Apa yang terjadi padamu, wahai gadis kecilku...?



Po5t3d by : 1lalang L14r